Jakarta, chronosdaily.com – Sejumlah seniman menagpresiasi upaya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang telah meluncurkan Kanal Indonesiana. Sarana ini selain sebagai wadah ekspresi seni budaya bagi ekosistem budaya, juga berperan sebagai alternatif hiburan masyarakat pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) di rumah. Masyarakat dapat menikmati tayangan tersebut dengan mengakses IndiHome, di 200 untuk SD, dan 916 untuk HD-nya, atau streaming di: Indonesiana.TV.
Hal ini disampaikan Sutradara, Penulis Naskah, dan Produser Garin Nugroho, yang menilai bahwa Kanal Indonesiana dapat menjadi ruang keluarga digital untuk menghabiskan waktu bersama. Lewat Kanal Indonesiana katanya, warisan budaya hidup dalam ekosistem baru, dengan teknologi-teknologi baru yang terus berkembang untuk mendukung keberlanjutan budaya.
“Kanal Indonesiana adalah ekosistem yang harus diperkenalkan kepada keluarga-keluarga Indonesia, ketika tayangan televisi lain menawarkan produk-produk konsumtif. Di era ini, Kanal Indonesiana dapat menjadi suatu kanal Merdeka Belajar Keluarga Indonesia, wahana di mana seni dan festival bisa dinikmati keluarga Indonesia lewat internet,” ucap Garin pada Silaturahmi Merdeka Belajar: Bahagia di Rumah dengan Tayangan Seni Budaya Indonesia, Kamis (23/12).
“Tayangan di Kanal Indonesiana selama pandemi luar biasa. Kemendikbudristek selalu bekerja membangun dan memberdayakan komunitas-komunitas, yakni komunitas media baru dan seni yang berbasis warisan budaya. Mungkin kita melihat Kanal Indonesiana sebagai fenomena hari ini, tapi di masa datang, Kanal Indonesiana akan menjadi perpustakaan besar yang nilainya amat tinggi,” jelas Garin.
Ia mencontohkan gelaran Festival Film Indonesia (FFI) yang rutin digelar setiap tahun. Hampir 300 film pendek dan ratusan film dokumenter ada di FFI. Ajang tersebut menjadi bukti kerja bersama berbagai pihak dalam membangun ekosistem budaya meski di tengah pandemi. Garin menilai, Kemendikbudristek telah berhasil memantik pemberdayaan kebudayaan di Indonesia. Bentuknya beragam, seperti mentoring dan lokakarya.
“Keduanya menciptakan suatu jaringan yang menghidupi kesenian di era pandemi. Kanal Indonesiana menjadi suatu sistem dan oase agar komunitas-komunitas seni punya ruang pembelajaran baru,” ungkap Garin yang yakin bahwa pengelolaan warisan budaya harus terus dibiasakan melalui pemanfaatan teknologi baru agar dapat bersaing secara global.
Berikutnya, guru sekaligus Pemenang Lomba Cipta Lagu Tradisi Nusa Tenggara Timur, Simon Lakimbeli, mengakui keikutsertaannya pada lomba itu sangat ia syukuri. Ia bangga ketika karyanya dapat dikenal publik melalui Lomba Cipta Lagu Tradisi NTT. “Bagi yang belum berkarya, mari segera bergerak. Bagi yang sudah berkarya, teruslah mengasah kepekaan. Karena warisan budaya sangat banyak dan kaya di sekeliling kita,” ajak Simon.
Semangat Simon melestarikan budaya NTT awalnya didasari kegelisahan melihat anak-anak di daerahnya lebih menyukai kesenian dari barat. Ia melihat peluang untuk melestarikan budaya khususnya bahasa daerah kepada generasi muda lewat lagu. “Lagu adalah wadah paling baik dan efektik untuk mengenalkan budaya. Contohnya adalah lagu saya yang menang itu, terdiri dari rangkaian puisi adat, bukan bahasa sehari-hari. Rangkaian puisi adat ini saya buatkan ke dalam lagu. Ketika lagu ini didengar anak-anak, mereka jadi terbiasa menyanyikannya,” urai Simon penuh keyakinan.