Medan, chronosdaily.com – Masa depan lingkungan dan masyarakat Suku Batak di Kawasan Danau Toba (KDT) harus diselamatkan. Selama ini, telah terjadi upaya pembiaran terhadap Tanah Batak, khususnya terhadap lingkungannya yang sudah semakin rusak parah.
Karena itu, dengan menanam pohon aren atau pohon bagot, di wilayah-wilayah marga-marga Batak di Kawasan Danau Toba (KDT) dan sekitarnya, menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan seluruh Bangso Batak, untuk menyelamatkan Bona Pasogit atau Tanah Kelahiran sebagai Tanah Leluhur Orang Batak.
Ketua Umum Punguan Marga Rajagukguk Sedunia, Burhanuddin Aritonang Rajagukguk menyampaikan, sebagai salah satu marga terbesar di Bangso Batak, pihaknya akan menggelar Gerakan Putra-Putri Daerah Kawasan Danau Toba menanam pohon aren, di tanah-tanah marga-marga Rajagukguk dan keturunannya di Kawasan Danau Toba.
“Kami dari Punguan Marga Rajagukguk, setuju dan akan menggelar penanaman pohon aren atau bagot di tanah-tanah kita. Masa depan Tanah Batak dan anak cucu kita ke depan, ada di tangan kita hari ini. Kita perlu menyelamatkan masa depan Tanah Batak. Mari bersatu padu, bergandengan tangan marga-marga Suku Batak untuk menanam pohon bagot di Tanah Leluhur kita,” tutur Ketua Umum Punguan Marga Rajagukguk Sedunia, Burhanuddin Aritonang Rajagukguk, usai bertemu dengan Peneliti Pohon Aren jebolan Institute Pertanian Bogor (IPB), yang sekaligus President Green Ecosystem Organization for Clean Environment (Geoforce) Jainal Pangaribuan, di Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (20/03/2020).
Selain sudah mempersiapkan penanaman pohon aren di tanah-tanah marganya, Burhanuddin Aritonang Rajagukguk juga mengajak seluruh marga-marga Batak untuk bersama-sama melakukan hal yang sama, di wilayah-wilayah marganya masing-masing, maupun di tanah-tanah adat marga-marga Suku Batak. “Pepohonan lain juga bisa ditanami. Yang produktif. Tetapi mengapa kita memilih menanam pohon aren, dikarenakan pohon aren ada dan sudah ada di Tanah Batak sejak jaman nenek moyang kita. Dan pohon aren tidak pernah merugikan masyarakat dan lingkungan kita. Selain itu, pohon aren juga sangat memiliki banyak manfaat positif, termasuk manfaat ekonomi bagi masa depan anak cucu kita,” bebernya.
Di tempat yang sama, Tokoh Marga Rajagukguk lainnya, DR dr. Horas P Rajagukguk menyampaikan, Kawasan Danau Toba telah mengalami krisis oksigen atau udara bersih, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan mahkluk hidup. Horas P Rajagukguk menjelaskan, sebagai seorang dokter, dirinya sangat memahami betul pentingnya oksigen bagi kebutuhan manusia, terutama di masa-masa pertumbuhan anak-anak kecil hingga dewasa.
“Saat melakukan operasi saja, kami para dokter harus memastikan asupan dan tingkat oksigen si pasien harus terpenuhi, sehingga bisa dilakukan bedah atau operasi di ruang operasi,” tutur dr Horas P Rajagukguk yang merupakan salah seorang dokter ahli bedah di Sumatera Utara itu. Dia menambahkan, salah satu pohon milik orang Indonesia, khususnya di Kawasan Danau Toba, yang sangat efektif untuk memproduksi oksigen adalah pohon aren atau bagot.
Selain memiliki fungsi dan kegunaan sehari-hari yang akrab di masyarakat, menurut dia, pohon aren juga mampu memproduksi berjuta-juta liter oksigen setiap harinya, jika ditanami di Kawasan Danau Toba. “Bisa ditanam di mana saja. Di samping rumah, di belakang rumah, di halaman rumah, di tanah ladang, di perbukitan, di lembah terjal, dan dimana pun di wilayah masyarakat kita. Pohon aren tak pernah merugikan manusia dan alam sekitarnya. Malah memberikan rejeki dan manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan, terutama memproduksi oksigen, sangat baik,” jelas dr Horas P Rajagukguk.
Sementara, Penasehat Punguan Marga Aritonang Rajagukguk, Ari Rasoki Aritonang Rajagukguk menegaskan, pihaknya sangat mendukung penanaman dan massifikasi pohon aren di KDT dan berbagai wilayah lainnya.
“Tidak ada rugi yang ditimbulkan pohon aren ini. Malah, kalau mau bicara keuntungan ekonomis, pohon aren sangat memberikan manfaat ekonomi yang nyata bagi masyarakat. Pemerintah Daerah dan setiap anggota masyarakat, hendaknya mendukung dan mempergunakan pohon aren ini untuk ditanami dan dikembangkan secara massif. Serius ini. Sampe merinding saya jika memperhatikan dan memprediksi manfaat penanaman pohon aren ini,” jelas pria yang akrab disapa Ari ini.
Di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) saja, lanjut Ari, pihaknya sudah mendorong penanaman pohon aren yang dilakukan bersama Bupati Taput Nikson Nababan. “Bersama Bupati Taput, Kepala Bappeda, Kadis Pertanian Taput dan Tokoh Aritonang dari Muara. Rencana penanaman bagot dilakukan di Kecamatan Muara, Kabupaten Taput. Juga bekerjasama dengan lembaga dunia dan Punguan Marga Rajagukguk Sedunia, dalam rangka penghijauan,” tutur Ari Rasoki Aritonang Rajagukguk.
Ari juga berjanji akan mendukung gerakan penanaman pohon aren ini secara massif dan mensosialisasikannya. Bahkan turun langsung melakukan penanaman pohon itu. “Ini merupakan salah satu sumbangsih nyata masyarakat untuk melestarikan alam dan lingkungan di KDT. Mengembangkan perekonomian masyarakat, dan meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah nantinya. Serta membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat kita,” tutur Ari.
Peneliti Pohon Aren jebolan Institute Pertanian Bogor (IPB), yang sekaligus President Green Ecosystem Organization for Clean Environment (Geoforce) Jainal Pangaribuan, yang sudah sejak dua tahun lalu aktif melakukan sosialisasi dan penanaman pohon aren di KDT menyampaikan, dukungan setiap marga-maga Batak, kampung-kampung, desa-desa, bahkan dusun-dusun di wilayah itu, sangat berguna bagi pelestarian masa depan Tanah Batak.
Lebih lanjut, pria yang sudah 20 tahun meneliti dan mengembangkan pohon aren ini mengungkapkan, jika saat ini terjadi serangan virus mematikan bagi seluruh dunia, yakni virus corona atau Convid-19, sesungguhnya pohon aren atau bagot sangat efektif untuk mencegah dan mengatasinya.
Daun-daun, pelepah dan ijuk yang dihasilkan pohon aren, sangat efektif menangkal penyebaran berbagai jenis virus, termasuk menangkal virus corona. “Pelepah dan ijuknya saja bisa menampung virus dan akan bersarang di sana, sampai usia virus itu mati. Selain itu, oksigen yang dihasilkan pohon ini, akan sangat membantu menghadapi penyebaran virus,” jelas Jainal Pangaribuan.
Jainal Pangaribuan dan kawan-kawannya yang sudah puluhan tahun mengembangkan produksi pohon aren di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut) ini juga menegaskan, air tuak dari pohon bagot, sangat efektif dijadikan bahan baku untuk membuat hand sanitizer. Cairan pembersih untuk mencuci tangan, untuk mencegah peredaran virus corona.
“Kami telah mencoba dalam satu minggu ini, ijuknya bisa dibuat topi untuk menangkal virus. Air tuaknya untuk cuci tangan bahan hand sanitizer. Dan tuak juga diminum secukupnya, untuk menghalau bibit bakteri atau virus di rongga mulut dan tenggorokan,” ungkap Jainal Pangaribuan.
Untuk jangka menengah dan panjang, lanjut pria yang juga telah mendapat sertifikasi pembibitan biji aren ini, penanaman pohon aren akan menyelamatkan manusia dan lingkungan dari berbagai bencana alam dan iklim yang menyebabkan berbagai penyakit.
Dia menegaskan, tiga manfaat besar pohon aren. Manfaat lingkungan, manfaat sosial dan budaya serta manfaat ekonomi. “Penanamannya tidak rumit. Untuk menjangkau lembah-lembah curam saja kita bisa mempergunakan ketapel buatan sendiri. Supaya bibit aren nyampe diketapelkan. Di tanah berbatu juga aren bisa tumbuh dengan baik,” ujarnya.
Seraya menyampaikan landasan filosofis, bahwa hanya ada dua jenis pohon yang disebutnya dianugerahkan Tuhan dengan fungsi dan kemanfaatan yang sama, yakni pohon ara yang banyak ditemui di daerah Timur Tengah, dan pohon aren yang banyak terdapat di Indonesia.
Akar-akar kedua pohon ini sangat baik menjaga tanah dan menampung air untuk penyuburan tempatnya tumbuh. Tahan berbagai cuaca dan iklim. Tidak milih-milih tanah yang harus datar atau gembur untuk tumbuh. Nah, di KDT tanah berbatu dan curam juga banyak. Tanah-tanah yang selama ini dianggap kurang produktif bisa ditanami juga dengan pohon aren. Supaya produktif. “Kita manusia Ciptaan Yang Maha Kuasa meyakini, saat manusia diciptakan Sang Khalik meniupkan nafas kehidupan ke rongga pernafasan manusia, maka hiduplah manusia. Pohon aren ini, juga kita yakini sebagai pohon yang diciptakan Tuhan untuk memberikan nafas kehidupan. Nafas dari Sang Khalik. Dengan memproduksi oksigen,” jelasnya.
Jika sudah berusia 2 hingga 3 tahun, Jainal Pangaribuan mengatakan, tidak kurang dari 200 liter oksigen per hari yang diproduksi oleh satu pohon aren. “Nantinya, jika sudah banyak pohon aren yang ditanami, akan mampu menangkal pemanasan global. Dan juga akan bisa dikembangkan untuk berbagai kebutuhan manusia. Termasuk untuk bioenergi dan biofuel,” tutupnya. [Jon]