Jakarta, chronosdaily.com – Fairuz, warga Angke di Kecamatan Tambora (Jakarta Barat) yang rumahnya hingga pagi ini masih terendam banjir setinggi 20cm mengeluh kesulitan transportasi umum untuk menuju Kota Tangerang. Terputusnya jalur Commuterline Sta Kampung Duri menuju Sta Tangerang akibat masih adanya genangan air membuat warga tak punya pilihan lain untuk menggunakan Ojek Online.
PT Kereta Commuter Indonesia melalui akun Twitternya, Jumat (3/1/2020) menuliskan, “Lintas Duri – Tangerang PP, belum bisa melayani perjalanan KRL akibat genangan air,” Dua hari ini layanan Commuterline Duri-Tangerang lumpuh karena perlintasan kereta di beberapa titik masih digenangi air.

TransJakarta juga mengalami gangguan di beberapa rute. Koridor 3 : Kalideres – Pasar Baru saat ini stop operasi akibat masih tingginya genangan air. Koridor 8 : Lebak Bulus – Harmoni mengalami perpendekan rute menjadi Lebak Bulus – Kedoya Assiddiqiyah terkait adanya genangan air di kawasan Kedoya Green Garden. Sementara Koridor 3: Kalideres – Pasar Baru sementara mengalami pengalihan rute terkait adanya genangan air di kawasan Daan Mogot. Untuk sementara tidak melewati halte Jembatan Baru sampai dengan halte Jelambar untuk kedua arahnya. Untu koridor lainnya, sudah diantisipasi dan berjalan normal.
Transportasi bis dalam kota dan luar kota juga mengalami gangguan. Terminal Kampung Rambutan di Jakarta Timur juga terendam banjir setinggi 30cm. Angkutan dalam kota juga mengalami gangguan operasional. Selain terjebak kemacetan, beberapa rute di semua wilayah dalam kota tidak bisa dilintasi karena adanya genangan air yang cukup tinggi.
Di Jakarta Barat, tepatnya 100 meter setelah simpang Rawa Buaya semua kendaraan dialihkan menuju ke Lingkar Luar Barat, arah Puri Mall tertutup karena genangan mencapai 1 meter. Jalur lalu-lintas di jalan Daan Mogot menuju Grogol dan sebaliknya, hanya bisa dilintasi kendaraan besar. Pengendara motor diijinkan masuk tol Rawa Buaya Selatan bagi yang ingin menuju Jakarta.
Saluran Mookervaart sepanjang jalan Daan Mogot yang telah mengalami normalisasi di era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama sangat efektif meredam tumpahan air ke jalan raya. Selain kendaraan besar yang mampu menembus banjir, pengendara motor dapat memanfaatkan Obak (Ojek Gerobak) dari Perempatan Rawa Buaya hingga fly over Taman Kota/Green Garden dengan tarif 50-100 ribu rupiah.
Melissa warga Taman Semanan Indah, menitipkan kendaraannya di Citra Garden, “Kami seharian terkurung karena jalan depan rumah tergenang air, warga sekitar juga keluar rumah untuk ‘ngungsi karena perkampungan di luar kompleks terendam banjir.” Melissa juga memuji pemerintah memberikan pertolongan lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya.
Badan Nasional Penanggulangan Banjir (BNPB) sudah lebih sigap dan antisipatif dengan kejadian banjir ini. Kepala BNPB Doni Monardo meminta warga yang tinggal di daerah aliran sungai di Jakarta untuk ‘segera mengungsi’. Catatan BNPB menyebutkan, lebih dari 100 ribu orang diungsikan dengan perahu karet akibat rumahnya kebanjiran. BNPB juga menyebutkan tinggi permukaan air di sejumlah tempat di Jakarta sangat tinggi, termasuk di pintu air Manggarai ketinggian air mencapai 750 sentimeter.
“Kota Jakarta sudah sering dilanda banjir besar,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi BNPB Agus Wibowo dalam keterangan pers. Dari catatan BNPB berdasarkan informasi dari BMKG, kata Agus, sejak 1996 curah hujan saat banjir besar melanda Jakarta pada awal tahun ini adalah yang terbesar. “Data dari beberapa titik pengukuran adalah sebagai berikut: TNI AU Halim 377 mm, Taman Mini 335 mm, Jatiasih 259 mm,” kata Agus.
Agus mengatakan curah hujan yang tinggi ini sendiri sebetulnya sudah diprediksi dan diperingatkan BMKG. Selain itu, BMKG memprediksi masih ada kemungkinan terjadi hujan pada hari ini. Walhasil, kata dia, masih mungkin terjadi banjir lagi. “BNPB mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah yang potensi banjirnya akan meninggkat agar evakuasi ke tempat aman terlebih dahulu.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengharap ketegasan pemimpin di daerah untuk mengingatkan kepada masyarakat, agar tak terjadi korban jiwa saat banjir. “Harta memang penting, namun demikian nyawa lebih penting.” Seluruh warga tetap diminta waspada, karena curah hujan tinggi yang melanda Jakarta dan sekitarnya baru akan mencapai puncaknya pada pertengahan Januari dan berlangsung sampai awal Maret. [Jerimia R Vegas]