
Jakarta, chronosdaily.com – Saat ini, sangat tampak jelas ada langkah yang disengaja untuk melabelisasi Masyarakat Papua sebagai Terorisme. Itu harus dihentikan. Sebab, dengan melabelisasi sebagian masyarakat Papua sebagai terorisme, adalah berarti menjadi ’halal’ untuk terus membunuhi dan membantai rakyat yang tak berdosa di Papua.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia Provinsi DKI Jakarta (DPD GAMKI DKI Jakarta), Jhon Roy P Siregar angkat bicara dan protes dengan niat melabelkan Masyarakat Papua sebagai terorisme. Dia menentang keras upaya terorisasi bagi warga dan masyarakat di Tanah Papua.
“Upaya mendorong labelisasi terorisme bagi Masyarakat Papua adalah tindakan yang keblinger. Stop itu. Hentikan labelisasi terorisme bagi Masyarakat Papua. Hentikan terorisasi di Tanah Papua. Jangan karena ada kelompok masyarakat yang tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan Pemerintah Pusat, lantas dengan membabi buta melabelkan sebagai terorisme. Berbahaya sekali itu,” tutur Ketua DPD GAMKI DKI Jakarta, Jhon Roy P Siregar, di Jakarta, Kamis (29/04/2021).
Selain adanya langkah yang sistematis untuk melakukan terorisasi di Papua, lanjut eks aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ini, juga tampak adanya serangan kepada Umat Kristiani dengan juga melakukan terorisasi. Kebetulan, kata dia, di Papua, masyarakatnya kebanyakan menganut agama Kristen, sehingga ada indikasi untuk juga melabelkan Kristen di sana sebagai teroris.
“Labelisasi terorisme itu harus dihentikan. Jangankan untuk masyarakat Papua dan Saudara-Saudara kita yang beragama Kristen di Papua, untuk Saudara-Saudari kita yang beragama Islam pun kami tidak setuju dilabelkan sebagai teroris. Jika terorisasi masyarakat Papua dan Kristen dilakukan, maka ini menandakan kekuasaan di Republik Indonesia sudah dengan bersengaja hendak membunuhi masyarakat tak berdosa. Pikirkanlah, jangan pernah melabelisasi Warga Indonesia dengan terorisme,” tutur Jhon Roy P Siregar.

Siregar mengaku heran dengan sikap institusi-institusi agama, bahkan sekelas Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), dengan sengaja mengaku kepingin menghabisi pelaku-pelaku bersenjata di Papua. Terorisasi harus dihentikan.
“Jika itu dilakukan, yakinlah, Papua tidak akan semakin damai, malah akan terus-terusan menjadi ladang pembantaian dan ladang perampokan oleh kepentingan-kepentingan segelintir elite. Itu juga akan membuktikan bahwa Negeri ini dan orang-orangnya, tidak sungguh-sungguh sayang kepada Papua. Mereka hanya memanfaatkan dan mengeruk sebesar-besarnya kekayaan Papua, dan menghabisi Rakyat Papua,” beber Siregar.
Jhon Roy P Siregar melanjutkan, kini, persoalan demi persoalan terus berlanjut di Tanah Papua. Pelanggaran-Pelanggaran
Atas kondisi itu, DPD GAMKI DKI Jakarta menyampaikan, turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya Kepala Badan Intelijen Daerah (Kabinda) Papua Brigjen I Gusti Putu Danny Nugraha Karya yang tewas ditembak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di Kampung Dambet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Minggu (25/4/2021). Dan juga para prajurit TNI Polri yang selama ini sudah tidak sedikit jumlahnya menjadi korban di Negeri paling Timur Indonesia itu.
Rasa duka yang mendalam juga patut kita sampaikan kepada Rakyat di Papua yang menjadi korban dari konflik-konflik yang terus menerus terjadi hingga saat ini.
“Kami dari Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia Provinsi DKI Jakarta (DPD GAMKI DKI Jakarta) bersama para Pemuda Gereja yang ada di Ibukota, memandang persoalan di Tanah Papua tidak semestinya berlarut-larut, jika para elite di Papua dan Pemerintah Pusat menahan diri untuk terlibat dalam konflik terus menerus,” jelasnya.
Dia menegaskan, Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia Provinsi DKI Jakarta (DPD GAMKI DKI Jakarta) bersama para Pemuda Gereja yang ada di Ibukota, sangat menentang keras adanya terorisme di setiap jengkal tanah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Dan kami juga, sangat menentang keras label terorisme yang hendak disematkan kepada Saudara-Saudari Kita di Papua. Rakyat Papua bukanlah teroris,” imbuhnya.
Akar persoalan yang terjadi di Tanah Papua sudah sangat sering kali dipercakapkan dan didialogkan. Meski harus berletih lelah, lanjut Siregar, pihaknya memilih untuk mendorong terus dilakukannya pendekatan dialog dengan kesetaraan sebagai sesama anak-anak Bangsa Indonesia dalam menyelesaikan berbagai persoalan di Papua.
Kekuatan bersenjata dari dua kubu yang bertikai di Papua, yakni oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan kekuatan bersenjata TNI Polri, harus dihentikan dulu segera.
“Dan segeralah menempuh kembali dialog yang manusiawi dan beradab. Sebab, selama ini yang menjadi korban adalah Rakyat Jelata Papua, dan yang rugi adalah Bangsa Indonesia sendiri. Kami memandang, persoalan-persoalan yang terjadi lebih banyak dipicu oleh kepentingan segelintir elite di Papua dan di Jakarta,” tuturnya.
Dia mengingatkan, jangan sampai Tanah Papua menjadi ladang pembantaian dan terorisme, hanya karena melampiaskan perebutan kepentingan segelintir elite di Papua dan Jakarta.
Karena itu, pelabelan terorisme bagi sebagian Masyarakat Papua harus dihentikan. Sebab, dengan label terorisme, maka semakin mengencangkan upaya pembantaian dan pelanggaran-pelanggaran HAM Berat lainnya di Tanah Papua.
“Kita semua tidak menginginkan Tanah Papua menjadi ladang banjir darah dan ladang banjir air mata. Perdamaian yang hakiki dan juga kepentingan Rakyat Banyak yang harus diutamakan. ‘Buat apa menguasai seluruh isi dunia tetapi harus kehilangan nyawa?’” cetusnya.
Karena itu, Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia Provinsi DKI Jakarta (DPD GAMKI DKI Jakarta) bersama para Pemuda Gereja yang ada di Ibukota, menyatakan peduli dan sangat berkepentingan terhadap kehidupan yang damai dan sejahtera bagi Masyarakat Papua.
“Untuk itu, ruang dialog dengan sejumlah stakeholder, untuk kembali mencari akar masalah dan juga solusi yang efektif bagi perdamaian dan keutuhan Indonesia harus terus dilakukan. Labelisasi terorisme bagi sebagian Rakyat Papua, bukanlah solusi. Kami berharap, lewat dialog, akan ada tawaran solusi yang terbaik dan manusiawi bagi pemecahan persoalan-persoalan yang terjadi di Papua,” tandas Jhon Roy P Siregar.
Sebelumnya, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Papua (Kabinda), Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha tewas usai kontak tembak dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua. Badan Intelijen Negara (BIN) kini melabeli KKB menjadi Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua.
“Kontak tembak tersebut terjadi akibat Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua melakukan penghadangan dan penyerangan terhadap rombongan Kabinda,” ujar Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto dalam keterangannya, Senin (26/4/2021).
Brigjen Putu gugur usai ditembak di bagian kepala. Saat itu, sekitar pukul 15.50 WIT, Brigjen Putu beserta Satgas BIN dan Satgas TNI-Polri yang tengah dalam perjalanan menuju Desa Dambet tiba-tiba dihadang oleh kelompok KKB. Saat itulah aksi baku tembak pun terjadi di sekitar gereja Desa Dambet, Beoga, Puncak.
“Akibat kontak tembak tersebut mengakibatkan korban dari Satgas BIN, Kabinda Papua tertembak di bagian belakang kepala dan tembus depan kepala yang mengakibatkan Gugur sebagai Kusuma Bangsa,” jelas Wawan.
Kabinda Papua itu akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Wawan menyebut bahwa Brigjen Putu adalah sosok yang berprestasi. Kabinda Papua itu juga memiliki karier yang cemerlang dan pekerja keras.
“Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha dikenal sebagai sosok hangat dan berprestasi. Beliau dikenal memiliki karier cemerlang di kesatuannya dan pekerja keras. Selama bertugas, almarhum juga dekat dengan masyarakat. Gugur di medan tugas adalah pride tertinggi insan intelijen,” kata dia.
Saat ini, lanjutnya, Kelompok Separatis dan Teroris masih dalam pengejaran Satgas BIN.
Seperti diketahui, kondisi Beoga di Kabupaten Puncak, Papua, sempat memanas karena ulah sekelompok orang bersenjata di Papua. Selama bulan April, sejumlah orang tewas dan bangunan dirusak.